Friday, December 17, 2010

22 Lawan 1

Sebuah cerita yang menarik..

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.

Pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya,

"1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,

1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

2. Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).

3. Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.

5. Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.

6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

7. Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).

8. Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung 'Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).

9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang. Dan bukti-bukti itu ialah angin taufan, belalang, kutu, katak, darah, tongkat, tangan, belah laut, memayungi mereka dengan awan, al-man, al-salwa, batu hingga yang lain daripada tanda kekuasaan Allah yang mereka saksikannya.

10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).

11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf.

12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).

13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18).

15. Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf:98)

17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).

18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.

19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya':69).

20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentera bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).

22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"

Mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"

Pendeta tersebut berkata, "Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah." Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda." Pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah:

Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Sehelai Tudung Labuh

Keadaan bertukar sunyi di dalam kereta . Beremosi .
Wanita yang berumur dalam lingkungan 40 tahun mengambil nafas panjang setelah usai dengan bangkangnya.
Stereng kereta cuba dikawal sebaik mungkin . Humaiya , terduduk hampa di “seat” belakang . Dahinya berkerut ,
matanya sedikit sembap akibat tangisan tadi . Riak wajahnya yang sukar ditafsirkan jelas menunjukkan pelbagai
persoalan bermain di fikiran .

“Biar betul ibu ? Setelah sekian ini ? Setelah aku meletakkan komitmen besar terhadap imej ku ini ? Iman ku membantah seratus peratus “.

Itu kisah kelmarin , dan dia masih memprotes .

* * * * * *
“Awak setuju dengan keputusan ibu ?”.

Humaiya mengajukan soalan kepada adiknya yang mencari target bagi memasukkan biji
carrom ke dalam lubang sasaran .

“Mestilah tak! Qis rasa akak dah masuk sebulan bertudung labuh , takkan
nak berhenti kat tengah jalan?”.

Tupp ! Biji carrom berjaya dimasukkan . Giliran Humaiya pula memasukkan target ,
tetapi otaknya sedang berfikir ligat . Fokusnya hilang kepada permainan carrom ,
dia lebih tertumpu kepada konflik yang dihadapinya sekarang.

Tiada angin tiada ribut tiba-tiba ibu Humaiya menghalang dia bertudung labuh lagi .Humaiya sedar, ibunya
sejak mula memang menunjukkan respon kurang bersetuju apabila dia mahu bertukar imej , tetapi ayahnya selaku
ketua keluarga sentiasa meletakkan titik noktah bagi setiap keputusan sekaligus membuatkan ibunya terpaksa mengiyakan saja.

Ayahnya memberi lampu hijau kepada Humaiya untuk bertudung labuh , mungkin dia menyukai anak gadisnya bertudung
mengikut syariat kalau mahu dibandingkan dengan pemakaian tudung gaya Ariani yang sudah menjadi ikutan ramai wanita.
Tudungnya maha kecik , langsung tidak mematuhi perintah Allah di dalam Al-Quran yang mengarahkan kaum hawa supaya
menutup belahan baju dan dada. Ayah Humaiya juga mengerti , yang anaknya mahu berhijrah . Menjadi antara golongan
remaja yang diredhai Allah.


Humaiya yang kini sering menjaga solatnya .
Humaiya yang kini lebih elok keperibadiannya .
Humaiya yang kini sering membasahi bibir dengan asma Allah .
Humaiya yang kini sentiasa cuba memperbaiki diri .

Dia sedikit pilu apabila ibunya gagal memahami .
Mindanya memutarkan kembali dialog bersama ibunya kelmarin .

“ Ibu rasa ibu tak nak awak bertudung labuh lagi. Boleh ikut cakap ibu?”.

“Tapi bu , akak ...”.

“Ibu rasa akak pakai semata-mata ikut kawan , tunggu jelah bila akak dah besar.
Sekarang ni akak muda lagi , masih belum waktunya. Ibu rasa awak belum
bersedia nak pakai secara total , entah entah masa akan datang awak tak
nak pakai tudung labuh lagi. Tolonglah , tak usah lah nak bertudung labuh lagi ,
akak bukan budak sekolah agama , budak sekolah biasa je.”

Nada suara ibu Humaiya yang agak tinggi ketika itu menyebabkan dia terkelu .
Dia tak mampu berhujah , meskipun segala yang dikatakan oleh
ibunya itu terlalu bercanggah dengan pendiriannya yang sebenar.
Waktu muda sebeginilah sewajarnya remaja memperbaiki diri , bagaimana
jika ajal menjemput kita di kala kita lalai pada usia remaja? Ajal itu tidak
mengenal umur ibu!

Apabila diimbas kembali,Humaiya sedikit kesal kerana gagal mempertahankan pendiriannya ,mahu saja dia
meluahkan segala yang terbuku di lubuk hati . Mahu sahaja dia mengadu kepada ayah , tetapi rasa berat hati
kerana ayahnya berada di luar negara menguruskan krisis kerja . Takut menambahkan tekanan ayah tercinta ,
lagi pula dia rasa masih mampu memujuk ibunya. Dia juga tahu kalau ayah malas mahu bertelagah dengan ibu.

“Akak! Cepatlah , giliran akak ni”. Balqis merungut melihat kakaknya mengelamun.

Humaiya tersentak.

“Ohh , maafkan akak ya. Akak dah takde mood nak main. Sambung nantilah.”

Balqis mengeluh panjang.

Humaiya turun ke dapur untuk meneguk secawan air. Air mukanya berubah
apabila melihat mamanya di dapur. Dia segera mengalihkan pandangan
supaya tidak bertembung mata dengan ibunya . Ibunya cuba mencari perhatian
Humaiya , tetapi gagal.

“Humaiya! Kenapa bermasam muka dengan ibu? Humaiya mahu jadi anak
derhaka ke!” .

Humaiya tersentak. Ibunya tiba-tiba melenting.

“Akak minta maaf ... akak tak bermaksud nak...”

“Itulah Humaiya! Taksub sangat nak bertudung labuh! Kenapa susah sangat nak
patuh apa yang ibu tak kasi buat!”.

Belum sempat Humaiya berkata kata , ibunya kembali melenting.
Humaiya segera beredar ke bilik , tangisannya menjadi semakin esak.
Balqis terkejut melihat reaksi kakaknya yang sedemikian tetapi tidak berani menegur.
Dia segera keluar dari bilik , memberi privasi kepada kakaknya.

“Maafkan akak bu..akak tak bermaksud nak jadi anak derhaka...”

Tangisan Humaiya makin laju , mukanya disembam ke bantal. Dia memerlukan
kata kata penguat , kata kata nasihat bagaimana dia mahu mengendalikan
masalah ini . Keyakinan Humaiya runtuh menghempap bumi . Hatinya terluka
apabila digelar sebegitu oleh ibunya. Rasa kesal menyelubungi diri.

“Urghh , tak patut aku bermasam muka!”.

Dia teringat nasihat ustazahnya di sekolah yang menasihatinya supaya
jangan sekali-kali menunjukkan sikap derhaka kepada ibu bapa walaupun
kadang-kadang kita tak sehaluan dengan mereka . Humaiya beristighfar ,
mengesali diri. Dia sepatutnya bersabar , memohon kepada Ya Rabb supaya
melembutkan hati ibunya . Dia menghentikan tangisnya sambil membetulkan
duduk di atas katil.

“Aku kena betulkan keadaan”.

Humaiya nekad.

* * * * * * *
Surat itu dilipat rapi setelah berulang kali dibaca , bagi memastikan susunan
ayat diatur sempurna . Supaya mudah difahami ibunya . Humaiya menyelinap
masuk ke dalam bilik ibunya , jam dinding yang tergantung dipandang sekilas.
Dua pagi . Diperhatikan pula wajah ibunya yang sedang diulit mimpi , timbul
rasa kasihan dalam hati Humaiya. Sudah masuk dua minggu mamanya tidur
sendirian dek kerana ayahnya yang berada di luar negara.

Dia segera mempercepat langkah , namun dengan berhati-hati supaya ibunya
tak terjaga . Gayanya seperti pencuri yang memecah masuk ke rumah orang .
Surat dalam genggamannya segera diletakkan di atas meja solek ibunya .

“Harap harap mama baca lepas aku pergi besok...”, monolog Humaiya.

Awal pagi berikutnya Humaiya segera bersiap. Setelah usai dia segera
berjalan keluar dari rumah dengan langkah yang berat.

* * * * * *

“Humaiya ....”.

Ibu Humaiya menitiskan air mata membaca surat Humaiya . Surat itu menjelaskan segala isi hati Humaiya ,
ibu Humaiya sedikit kesal kerana menegah anaknya daripada melakukan perkara yang baik . Kesal kerana dia
sentiasa mempersoalkan perbuatan mahmudah dan bukannya mempersoalkan perbuatan mazmummah . Titisan demi titisan
air mata jernih berderai turun di pipinya ...

* * * * * *

Waktu kelihatan sudah hampir melepasi tengah hari. Kelihatannya Humaiya
dalam perjalanan pulang ke rumah setelah selesai latihan bola jaring
di sekolah. Walaupun sedang musim cuti persekolahan akhir tahun , pasukan
sekolahnya kekal aktif supaya dapat bersedia sebaik mungkin untuk perlawanan
pada musim persekolahan tahun depan.

“Assalamualaikum! Humaiya dah balik!”.

Humaiya membuka tali kasutnya lalu memasuki pintu rumah .

“Eh , akak dah balik . Penat latihan bola jaring tadi?” , soal Balqis.

“Penat sangat...”.

“Ohh , akak mesti lapar kan? Mama masak special untuk akak tau”.

Humaiya senyum girang . Kelihatan mamanya berjalan menuju ke arahnya
lalu memeluknya erat.

“Ibu minta maaf ...ibu tak patut halang Humaiya.. lagipun kalau
Humaiya pakai macam tu terjagalah sikit anak ibu ni...”

Alhamdullilah ! Satu lafaz syukur diucapkan .

“Humaiya pergilah masuk bilik.. tengok ada apa atas katil..”.

Humaiya terus mengangkat langkah laju ke biliknya , sebaik membuka pintu
dia terlihat sehelai tudung labuh di atas katil. Tudung labuh berwarna krim
dan masih berbau kedai . Kelihatan ada sehelai nota di atasnya .

“Sehelai Tudung Labuh”
from ibu :)


Humaiya tersengih.

TAMAT.

Kisah Seekor Burung Pipit

Apabila datang musim kemarau, seekor Burung Pipit mula merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengeluh pada persekitarannya yang dikatakan tidak bersahabat.



Ia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang kononnya, udaranya sentiasa dingin dan sejuk. Ia pun terbang ke daerah utara. Benar, perlahan-lahan ia mula merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk. Ia semakin bersemangat terbang ke arah utara lagi.



Kerana teruja, burung pipit itu tidak merasakan sayapnya yang mula bersalut salji, semakin lama semakin tebal, dan akhirnya ia jatuh ke tanah kerana tubuhnya terbungkus salji. Sampai ke tanah, salji yang menempel di sayapnya bertambah tebal. Si burung pipit tidak mampu berbuat apa-apa, dan berasakan riwayatnya telah tamat. Ia merintih menyesali nasibnya.



Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan melalui kawasan itu datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa kerana yang datang hanyalah seekor Kerbau. Ia mengherdik si Kerbau agar menjauhinya dan mengatakan bahawa makhluk yang tolol tidak mungkin mampu berbuat apa-apa untuk membantunya.



Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki hamun si Kerbau. Si Kerbau hanya berdiam diri, maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Langsung si Burung tidak mampu berkata-kata lagi kerana dirinya sudah tertimbun kotoran si kerbau. Si Burung pipit mula menganggap ajalnya semakin hampir dan ia akan mati tidak lama lagi kerana tidak mampu bernafas.



Namun perlahan-lahan, ia berasakan kehangatan. Salji yang membeku pada bulunya mulai cair disebabkan hangatnya tahi kerbau itu. Ia kembali dapat bernafas dengan lega dan melihatlangit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi-nyanyi keriangan.



Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampirinya, menghulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salji yang masih menempel pada bulu si burung. Apabila bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia menganggap telah mendapat teman yang ramah dan baik hati. Namun keriangannya tidak lama...dunianya kemudian terasa gelap gelita ditelan oleh si Kucing. Maka tamatlah riwayat si Burung Pipit.





Moral:



1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu sesuai bagi kita. (Grass is always greener on the other side..)

2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran.

3. Apa yang pada mulanya terasa pahit, kadang-kadang berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.

4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lekas lupa dan terburu nafsu.

5. Waspadalah terhadap orang yang memberikan janji yang berlebihan.

I luv U, Be4 I met U

Ingin menyayangi dan disayangi adalah fitrah setiap manusia. Bohonglah sesiapa yang mengatakan "aku tak perlukan sesiapa dalam hidup... hidup matiku hanya untuk Allah." Rasullah sendiri pernah menegur seorang lelaki yang sanggup berlapar dan enggan berkahwin semata-mata ingin mengabdikan diri kepada Allah.

Kita semua memerlukan seseorang dalam hidup untuk berkasih sayang. Namun, janganlah keterlaluan sehingga menjadikan matlamat berkasih sayang sebagai satu-satunya matlamat dalam hidup. Misi kita dalam hidup ini perlu perlbagai. Sebagai hamba Allah, tentu sekali, matlamat utama adalah untuk menjadi seorang mukmin yang bertakwa. Maka, dalam perjalanan kita menjadi mukmin yang bertakwa, pastikan misi-misi kita yang lain juga seiring dalam mencapai matlamat yang utama. Ini termasuklah misi kita mencari pasangan yang terbaik.

Kebanyakkan wanita yang saya temui, menyayangi 'suami'nya lama sebelum mereka jatuh cinta. The idea of finding & marrying the best menyebabkan mereka mendambakan seseorang yang mempunyai sifat dan sikap yang baik dan terpuji. Kebetulan pula, contoh lelaki yang mereka lihat menepati ciri-ciri tersebut akhirnya benar-benar menjadi suami mereka. Wallahualam, ini perancangan Tuhan. Setiap orang sudah ditetapkan rezekinya (termasuk jodoh) dan Allah Maha mengetahui apa yang didalam hati setiap insan.

Berikut adalah beberapa wanita yang 'menyayangi suaminya' lama sebelum mereka jatuh cinta...

Kisah Kak R
Saya bertemu beliau di satu kursus dan kebetulan menjadi rakan sebilik saya. Entah macam mana terkeluar cerita kahwin. Saya tanya,"bagaimana boleh kenal?"

Menurut Kak R, mereka berdua satu universiti tetapi tidak pernah berbual. Kak R akui, suaminya semasa zaman pelajar adalah antara pemuda yang 'baik-baik'. "Ada satu kali, masa tengah bersembang dengan seorang kawan perempuan, dia (suami) lalu di tepi kami. Akak berbisik kat kawan, andai aku diberikan suami, nak yang macam dia...." beritahu Kak R sambil tersenyum.

Kisah H
H sepupu yang baru balik dari Syria. Saya bertandang ke rumah mereka untuk meraikan majlis walimah beliau dan abangnya. Malam itu, saya menumpang tidur sebilik. Saya bertanya,"bagaimana boleh kenal?"

Menurut H, dia sudah mengenali suaminya sepanjang pengajian di Syria dan kebetulan adalah kawan baik abangnya. Namun, mereka tidak pernah bersembang lebih dari urusan persatuan. Beberapa bulan balik dari Syria, si kawan abang masuk merisik. Akui H, "walaupun kami tidak pernah bersembang, saya kagumi sifat dan sikap beliau. Harapan saya masa kat Syria dulu, semoga saya memperolehi bakal suami sebaik beliau," beritahu H, tersipu.

Kisah A
Saya berjumpa A di satu Konvensyen Islam di Amerika. Usianya masih belasan tahun. Ketika itu, usia saya baru menginjak 22 tahun. Apabila mendapat tahu dia baru seminggu melangsungkan majlis walimahnya, sambil mengenggam tangannya dan gelak gembira, saya berkata,"I'm sooo jealous..."

A balas genggam tangan saya sambil memandang tepat ke mata, "you should not say that to a friend. You should say, I'm happy for you," dia tersenyum sambil menambah,"...and ask Allah to give me the same happiness."

Perancangan dan ketentuan Tuhan amat cantik, malah janjinya dalam surah An-Nur ayat 26 cukup tepat, "Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik."

Namun, tiada siapa dapat meramal siapa jodoh yang telah di tetapkan. Tetapi, the idea of finding & marrying the best, harus disematkan. Allah Maha Mengetahui apa yang dihati setiap manusia. Dan, Dia juga Maha Mengetahui apa yang terbaik.

Bagi saya, dari dulu (semenjak timbul keinginan untuk berkahwin), saya mendambakan yang terbaik untuk diri, keluarga, agama dan masa depan. Alhamdullilah, dalam perjalanan itu saya ditemukan dengan kawan-kawan yang memberi erti pada istilah terbaik...

Saya mendoakan agar kawan-kawan yang yang sedang mencari rezeki (jodoh) masing-masing supaya jangan putus asa. Allah mendengar isi hati anda. The idea of finding & marrying the best bukanlah sesuatu yang fairytales. Ia telah berlaku kepada beberapa pasangan dan InsyaAllah, ini juga boleh berlaku pada anda.

Saya akhiri dengan satu petikan dialog dari novel The Notebook oleh Nicholas Spark "The best love is the kind that awakens the soul and makes us reach for more, that plants a fire in our hearts and brings peace to our minds. And that's what you've given me. That's what I'd hoped to give you forever."

Ujian Itu

Ujian Allah datang dalam pelbagai bentuk. Dahulu aku melihat orang lain sentiasa diuji dengan pelbagai dugaan. Sakit, kehilangan harta benda, kehilangan orang tersayang. Itu tandanya Allah masih ingat akan kita. Dia mahu menguji hambanya supaya jika kita bersabar, insyaAllah kita kan mendapat ganjaran.

Dan aku tertanya, kenapa aku tidak pernah diuji dengan segala cabaran yang aku lihat terpaksa dipikul oleh orang lain? Lupakah Allah kepada aku?
Atau Allah sudah tidak sayang kepada aku?

Kemudian aku tersedar, yang ujian Allah itu juga boleh datang dalam bentuk kesenangan. Dan kadang-kadang kesenangan itu lebih berat ujiannya daripada kesusahan. Oh, aku sedang diuji waktu itu tanpa aku sedari.

Persoalannya, luluskah aku dengan ujian itu? Hanya Allah yang tahu.

Dan sekarang, mungkin Allah mahu aku merasa ujian yang aku pernah 'minta' dahulu. Ujian dalam bentuk kesusahan.
Susahnya kehidupan seorang pelajar.

Tidak pernah diduga oleh aku yang Allah akan menguji aku dalam bentuk ini. Kerana dahulu, soal pelajaran tidak pernah menjadi satu masalah.

Tetapi aku tahu. Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya dengan ujian yang tidak terdaya oleh kita. Persoalannya, mampukah aku lulus dengan ujian ini?

Setiap perkara yang berlaku, baik buruk mahupun baik, ada hikmahnya. Andai aku gagal dalam ujian ini, mungkin ada hikmahnya. Allah ada perancangan yang lebih baik untuk aku, lebih baik daripada perancangan manusia untuk aku.

Namun, aku hidup dengan manusia. Terarah dengan jangkaan, harapan dan sangkaan manusia. Sedar atau tidak, aku terpasa memenuhi semua tuntutan itu. Sehingga aku mungkin lupa yang kehendak Allah jauh melangkau segalanya.

Mana Satu Pilihan Hati

Saya bertanya kepada emak, "mak mana satu pilihan hati, orang yang sayangkan kita atau yang kita sayang?"

Mak jawab, "dua-dua bukan.."

Saya tercengang. Mak mengukir senyuman.

"Pilihan hati mak adalah yang sayangkan kita kerana Allah.." saya menarik nafas dalam-dalam.

"Macam mana nak tau orang tu sayang kita kerana apa?" Mak diam sekejap berfikir dan kemudian tersenyum.

Rasanya mak dapat menduga apa yang sedang bermain dalam hati anak perempuannya. Mana mungkin saya mampu menyorokkan rahsia hati dari mak sedangkan sekilas saya pun mak mampu membacanya.

"Yang paling tahu hanya Allah.." mak merenung dalam-dalam wajah anaknya.

"Kerana hanya Allah mampu membaca hati hambaNya.." mak menyusun ayat-ayatnya.

"Dan keikhlasan kerana Allah itu akan terserlah keberkatannya tanpa perlu sengaja ditonjokan oleh seseorang tu.."

Saya memintas, "Tak faham.."

Mak menyambung, "Cinta di dalam jalan Allah.. Bertemu kerana sama-sama mencari redha Allah.."

Mak menyambung lagi, "Begini, setiap insan yang bergelar manusia telah Allah ciptakan berpasang-pasangan. Rasa ingin dikasihi antara seorang suami dan isteri suatu fitrah. Automatik boleh ada daya tarikan magnet tu.."

Wajah saya merah, sedikit cemas jika mak dapat mengesan gelora jiwa muda ini..

Mak menyambung, "Setiap manusia telah Allah tetapkan rezeki, jodoh dan maut sejak azali lagi. Persoalannya ialah.. siapakah jodohnya itu?" mak berhenti seketika.

Saya tunduk malu, cuba menyorokkan rasa panas di pipi. Emak buat-buat tidak nampak.

"Mak dulu masa muda ada secret admire. Rajin betul dia hantar surat. Masa tu mak dah tahu yang bercinta sebelum kahwin ni tak halal. Mak nak belajar sungguh-sungguh. Lama budak tu tunggu mak. Akhirnya mak bagi kata putus, mak hanya akan membalas cinta dia jika dia sah suami mak. Dan dia memang bukan jodoh mak, maka tak pernah dia menerima balasan cinta tu," Mak merenung jauh. Saya merapatkan badan kepada emak, semakin berminat dengan kisah lama mak..

"Mak memang tak ada perasaan lansung pada dia ke?" saya menyoal sambil memandang tajam wajah mak.

Emak ketawa kecil.

"Walaupun mungkin ada, mak tak pernah bagi peluang pada diri mak untuk mengisytiharkan perasaan tu. Mak takut pada Allah. Mak bukan seperti rakan sebaya mak yang lain. Mak, seperti kakak.." Mak memandang saya sambil memegang pipi dan dagu saya. Kemudian tangannya mengusap rambut di kepala saya.

"Dulu bila di sekolah, mak pelajar pertama yang bertudung. Mak membawa imej agama. Kawan-kawan dan cikgu-cikgu panggil mak dengan gelaran mak Aji. Sebab zaman tu hujung 70-an dan awal 80-an tak ramai lagi yang bertudung betul menutup auratnya. Zaman tudung nipis dan nampak jambul. Kemudian kawan-kawan mak sikit-sikit ikut bertudung. Akhirnya kami semua dipanggil di perhimpunan. Kami dimarah guru besar kerana bertudung sedangkan ustazah kami bertudung tapi nampak jambulnya.." emak melemparkan pandangan ke lantai.

"Selepas itu ustazah jumpa kami secara persendirian. Ustazah kata dia tak mampu nak pakai seperti kami. Dia suruh kami teruskan.." sambung emak.

Ada getar di hujung suara emak. Kisah silam perjuangan emak di sekolah dahulu sikit-sikit emak ceritakan pada saya. Itulah juga salah satu inspirasi kepada saya untuk bangkit semula setiap kali terjatuh ketika berjuang di sekolah dulu.

"Mungkin kerana personaliti mak, mak menjadi tempat rujukan kawan-kawan mak. Jadi, bila mak nak ambil sesuatu tindakan, mak kena fikir betul-betul sama ada tindakan mak tu akan menyebabkan Allah marah atau tidak. Mak ayah berdosa tak? Dan maruah pembawa agama terjejas tak? Kalau mak membalas cinta si lelaki tadi, bermakna mak sedang menconteng arang di muka-muka pembawa-pembawa agama. Orang akan pandang serong terhadap orang yang bertudung sedangkan kesilapan tu hanya seorang dua yang buat. Besar fitnah akan timbul apabila orang-orang agama mengambil ringan batas syariat duhai anak.." mak menelan air liurnya.

Saya diam. Fikiran saya sedang cuba memahami maksud mak saya.

"Jatuh cinta perkara biasa. Apabila kita jatuh cinta pada seseorang, itu tandanya ada sesuatu keistimewaan pada seseorang tu. Apatah lagi orang yang kita jatuh cinta tu di atas jalan dakwah ni. Tetapi kita kena ingat. Kita tak akan dikahwinkan dengan seseorang atas sebab jatuh cinta atau saling cinta mencintai. Bercouple mungkin. Tetapi bukan berkahwin. Kerana kita berkahwin dengan jodoh kita, jodoh yang Allah dah tetapkan sejak azali. Dan tak mustahil orang yang kita paling benci itulah jodoh kita yang kita akan dikahwinkan dengannya.."

Tiba-tiba air mata saya mengalir. Argh! Ego saya kalah bila mendengar hujah emak.

Emak meneruskan, "Allah itu Maha Adil. Dia tak pernah menzalimi hamba-Nya. Sesungguhnya, yang selalu menzalimi hamba-Nya ialah diri hamba tu sendiri. Sebabnya hamba itu degil. Dia mahukan yang bukan haknya dan yang bukan milik dia. Mencintai seseorang tidak semestinya memilikinya.

Dalam Islam, kita dah diajar untuk saling mencintai antara satu sama lain seperti diri sendiri. Jadi apabila kita mencintai saudara perempuan, kita bebas peluk dia. Tetapi bila dengan lelaki, kita ada batas-batasnya. Orang kafir kata batas-batas ini suatu diskriminasi, tetapi sebenarnya batas-batas syariat itulah yang memelihara kehormatan seorang lelaki dan seorang perempuan.

Cuba renungkan, kita mengenali seorang insan yang amat baik, sempurna agamanya dan rajin. Lalu kita jatuh hati padanya. Ditakdirkan jodohnya dengan insan lain, kita pula dengan yang lain. Tetapi itu tidak bermakna ukhwah antara kita dan dia terputus. Kita dan dia sama-sama mencari redha Allah. Kita dan dia masih boleh sama-sama bekerjasama untuk mencari redha Allah. Perbezaannya, dia halal untuk isterinya sedangkan untuk kita, dia tetap lelaki ajnabi seperti yang awalnya," emak berhenti seketika.

Tentu kering tekak emak menerangkan kepada saya persoalan hati ini.

"Jadi di sini mak nak kamu faham, jatuh cinta bukan perkara luar biasa. Dan berkahwin pun bukan suatu jaminan untuk tak jatuh cinta pada lelaki lain. Kerana itulah ramai isteri yang curang, suami yang curang. Ada orang tukar pasangan macam tukar baju. Apa yang penting ialah kita kena perjelaskan pada diri kita supaya setiap kali kita jatuh cinta, jatuh cinta itu kerana kita jatuh cinta kepada Pencipta dia. Kita beritahu pada diri kita berulang kali yang kita mencintai Allah, kerana itu kita mencintai si dia. Letakkan Allah sebagai sempadan hati kita, segala perkara yang kita cintai dan sayangi termasuk mak ayah adalah kerana mencintai Allah. Dan apabila kita membenci seseorang atau sesuatu, beritahu pada diri sendiri berulangkali yang kita benci sekian-sekian hal kerana Allah semata-mata."

"Hati kita ni walaupun dalam dada kita sendiri, ia tetap bukan milik kita. Kita tak mampu untuk mengawalnya. Hanya Allah yang boleh memegangnya. Sebab tu kita kena dekatkan diri dengan Allah. Sebab kita nak dia pegang kukuh-kukuh hati kita. Bila dia pelihara dan masuk dalam hati kita, itulah nikmat lazatnnya bercinta. Masa tu biarpun satu dunia menyakiti kita, kita tak rasa sakit sebab kita asyik dengan nikmat bercinta dengan Allah. Bercinta dengan Allah sangat berbeza dari bercinta dengan manusia. Kerana tentulah pegalaman bercinta dengan lelaki kaya, rupawan, sempurna dan bijaksana tak sama rasanya bercinta dengan lelaki miskin, hodoh,cacat dan dungu. Betapa nikmatnya cinta Allah, hanya mereka yang pernah merasai sahaja yang mampu mengerti."

"Walau siapapun jodoh yang Allah hantarkan untuk kamu, terimalah dengan hati yang redha. Tak mustahil dia adalah orang yang kita benci. Kalau yang kamu sayang, tak jadi hal lah. Tapi kalau dapat yang kamu tak nak, lantaran kelemahan yang ada pada dia, ingatlah bahawa dalam diri setiap insan telah Allah ciptakan dengan kelebihan masing-masing. Dan mungkin kamu ada kekuatan yang dapat mengubah si lelaki tadi supaya hidup dia bermakna dan mungkin kamu sahaja yang mampu mencungkil kelebihan yang ada pada dia. Mungkin juga si lelaki ini ada sesuatu kelebihan yang kamu sangat-sangat perlukan yang satu dunia tak mampu bagi pada kamu.. Alangkah bertuahnya kamu kalau kamu mengerti setiap pemberian Allah dan belajar untuk bersyukur," sekali lagi berjuraian air mata saya turun. Terasa lemah lutut hendak berdiri.

Emak menarik tubuh saya dan memeluk erat. Pelukan emak sangat-sangat kuat. "Emak dah didik anak emak dari belum lahir untuk mencintai Allah. Sekarang emak serahkan anak emak yang mak sayang sangat ni pada Allah untuk Dia pelihara," emak mengakhiri kata-katanya dengan suara sebak dan air mata yang mengalir ke bahu saya.

Kisah Jutawan Dan Anaknya

Pada era 50-an dahulu, terdapat seorang jutawan yang memiliki segala kemewahan. Daripada rumah besar, kilang-kilang, ladang-ladang sehinggalah ke syarikat-syarikat korporat; semuanya dimiliki oleh jutawan tersebut. Jutawan tersebut mempunyai seorang anak lelaki yang kurang sikit akalnya dalam menilai sesuatu.

Pada suatu hari, jutawan tersebut menyuruh anak lelakinya membancuh secawan Cappuccino. Anak lelakinya dengan taat dan patuh melaksanakan suruhan ayahnya. Selepas seketika, anak lelakinya membawa secawan Cappucino panas dan memberikan kepada ayahnya. Ayahnya menghirup sedikit sekadar untuk merasa, ternyata jutawan itu terkejut apabila Cappucino yang dihirupnya itu terasa lemak berkrim. Maka bertanyalah jutawan tersebut kepada anak lelakinya, "sedap betul Cappucino ini, apa rahsianya?"

Sambil tersenyum dengan penuh keyakinan, anak lelakinya menjawab, "tadi masa saya ke belakang rumah untuk mengambil kayu api... saya dapati kayu api basah. Sebagai penyelesaian alternatif, saya ambil duit kertas ayah di dalam peti besi sebagai bahan bakar."

Bagaikan hendak tercabut jantung jutawan tersebut apabila mendengar kata-kata anak lelakinya itu. Cappucino yang terasa lemak berkrim di permulaan, kini menjadi pahit menekak dan hilang segala kenikmatannya.

Sahabat-sahabatku sekalian, tentu terlintas di fikiran kita bahawa betapa 'kurang akal'nya anak jutawan tersebut kerana sanggup membakar duit kertas demi secawan Cappucino. Tetapi pada realiti hidup kita hari ini, sebahagian besar daripada kita saling tak tumpah seperti budak itu.

Alangkah 'kurang akal'nya kita apabila di akhirat nanti kita dibakar di dalam neraka jahanam semata-mata kerana kita leka dan terpesona dengan kehidupan dunia yang bersifat sementara ini. Manusia yang terbijak adalah mereka yang banyak mengingati mati dan bersiap-sedia menghadapinya.

Thursday, December 16, 2010

Kisah Raja Afrika

Pada zaman dahulu kala di negeri Afrika, terdapat seorang raja yang memerintah dengan adil dan saksama.

Raja Afrika tersebut mempunyai seorang sahabat rapat bernama Koami.

Koami mempunyai satu sifat yang sungguh unik iaitu Koami suka melihat setiap perkara yang berlaku (positif mahupun negatif) dalam hidupnya sebagai sesuatu yang baik dengan mengucapkan, "Ini sungguh bagus."

Hendak dijadikan cerita, pada suatu hari Raja Afrika mengajak Koami pergi memburu di dalam hutan.

Sepertimana kebiasaan, Koami menyediakan peralatan untuk memburu seperti senapang, peluru, makanan dan lain-lain.

Entah bagaimana, Koami terlupa untuk memeriksa senapang tersebut samada masih elok atau tidak.

Ketika di dalam hutan, Raja Afrika melihat kelibat seekor rusa jantan di celah-celah semak, dengan pantas Raja Afrika menembak menggunakan senapang yang dibawa oleh Koami.

"Pom!!"

Senapang tersebut meletup dengan sangat kuat apabila picunya ditekan.

Akibatnya Raja Afrika kehilangan ibu jari kanan kerana letupan senapang tersebut dan menjerit-jerit menahan kesakitan.

Tiba-tiba terkeluar daripada mulut Koami, "Ini sungguh bagus."

Bagaikan terbakar telinga Raja Afrika apabila mendengar kata-kata Koami itu dan berkata dengan marahnya, "Bodoh!!!, Ini tidak bagus. Pengawal! Kurung Koami di dalam penjara seumur hidup..."

Setelah setahun berlalu, pada suatu hari Raja Afrika bersama beberapa orang pengawal keluar memburu di dalam hutan.

Alangkah malangnya nasib Raja Afrika tersebut kerana terserempak dengan Puak Madura yang suka memakan daging manusia.

Raja Afrika dan pengawal-pengawal ditangkap dan diperiksa seorang demi seorang bagi memastikan manusia buruan mereka sempurna tubuh badan.

Apabila melihat Raja Afrika tidak memiliki ibu jari kanan, Puak Madura tersebut melepaskan Raja Afrika tersebut kerana pada kepercayaan Puak Madura, manusia yang tidak sempurna tubuh badan sempurna akan menjadi sumpahan jika dimakan.

Betapa bersyukurnya Raja Afrika tersebut kerana selamat daripada dimakan oleh Puak Madura itu.

Barulah Raja Afrika sedar bahawa benarlah kata-kata sahabat rapatnya Koami, "Ini sungguh bagus."

Ketika peristiwa Raja Afrika kehilangan ibu jarinya setahun yang dulu.

Raja Afrika memerintahkan supaya Koami dilepaskan dan Raja Afrika dengan rendah diri memohon maaf di atas tindakannya mengurung Koami di dalam penjara.

Tetapi Koami tiba-tiba berkata, "Ini sungguh bagus."

Terkejutnya Raja Afrika mendengar kata-kata itu dan bertanya, "Mengapa pula sungguh bagus?"

Dengan selamba Koami menjawab, "Jika Tuanku tidak mengurung patik, sudah tentu patik bersama-sama Tuanku pergi memburu dan bertemu dengan Puak Madura itu dan akhirnya patik akan mati di makan Puak Madura itu."

Raja Afrika hanya duduk terpaku memikirkan kebenaran kata-kata Koami tersebut.

-Tamat-

Kecantikan Sejati Bukan Di Wajah

"Boleh saya melihat anak saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan seorang anak dengan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang menutupi wajah bayi lelaki yang comel itu.

Ibu itu menahan nafasnya. Doktor yang menunggunya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit tidak sampai hati menatapi wajah ibu tersebut. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.

Waktu berlalu dan kini bayi tersebut telah menjadi seorang anak yang boleh berkativiti dengan sempurna, cuma penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak tersebut bergegas pulang ke rumah terus membenamkan wajahnya di pelukan ibunya yang menangis. Ia tahu hidup anaknya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil teresak-esak anak lelaki itu mengatakan yang dia diejek oleh orang dewasa dan dikatakan anak ini adalah makhluk aneh.

Di sekolah anak tersebut disukai oleh rakan-rakan sekolah. Anak tersebut membesar tampan dengan kecacatannya. Dia berbakat dalam bidang muzik dan penulisan.

"Ibu,saya ingin menjadi ketua kelas."

Ibu hanya mendiamkan diri, tapi di dalam hati ibu merasa kasihan dengan anaknya.

Suatu hari si Ayah terus berjumpa dengan seorang doktor yang boleh melekatkan telinga untuk anaknya.

"Saya percaya saya boleh memindahkan sepasang telinga untuknya, tetapi harus ada orang yang tampil untuk menderma".

Beberapa bulan kemudian si ayah memanggil anaknya sambil berkata, "Nak, seorang yang tak ingin dikenali telah bersedia mendermakan telinganya padamu. Kami harus segera mengirim kamu ke hospital untuk menjalani pembedahan tetapi jangan ditanya siapa yang menderma."

Pembedahan dilakukan dengan berjaya dan kini telah lahir seorang lelaki yang mempunyai cukup sifat. Bakat muziknya yang hebat menjadikan ia terkenal dan menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Masa berlalu dan dia pun berkahwin dan bekerja sebagai seorang yang berpangkat besar. Terdetik di hatinya tentang masa-masa silam lalu menghampiri ayahnya.

"Ayah, saya hendak mengetahui siapa yang telah mengorbankan ini semua pada saya, ayah. Ia telah membuat sesuatu yang amat besar dan ingin sekali saya membalas budinya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau tidak boleh membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."

Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan kata-kata, "Ayah tidak dapat membuka rahsia ini sebelum tiba saatnya."

Tahun berganti tahun ayahnya tetap menyimpan rahsia. Hinggalah pada suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan lelaki itu berdiri ditepi jenazah ibunya yang baru saja meninggal dunia. Dengan perlahan dan penuh syahdu si ayah membelai rambut isterinya yang terbujur kaku sambil menyelak rambut sehinggalah tampak bahawa si ibu tidak mempunyai telinga.

Sambil menangis si ayah berkata, "Ibumu sangat suka menyimpan rambut yang panjang dan tak seorang menyedari bahawa ia telah hilang sedikit kecantikkannya."

Kecantikkan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh tapi di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada zahirnya, namun pada apa yang tidak dapat dilihat. Kasih sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang dikerjakan dan tidak diketahui.

Kisah Lobak, Telur Dan Coklat Panas

Nur Izzah, seorang pelajar undang-undang di Kolej Safir merasakan hidupnya tertekan kerana silih-berganti masalah yang perlu dihadapinya. Sudah sampai tahap 'horror'. Maka, Nur Izzah pun mengadu hal ini kepada bapanya, seorang Chef tersohor di mata dunia, bernama Chef Jay.

Di dalam dapur yang sentiasa berasap, Chef Jay mengambil 3 biji periuk 'stainless steel' yang berisi air paip dan memanaskannya di atas dapur gas yang kuat apinya.

Nur Izzah kelihatan bingung melihat gelagat ayahnya, Chef Jay itu. Apabila air di dalam periuk tersebut kelihatan mulai menggelegak, Chef Jay memasukkan lobak merah, telur ayam kampung dan 5 sudu besar serbuk coklat panas jenama Galaxy ( memang sedap), setiap satunya ke dalam periuk yang berasingan.

Nur Izzah menarik muka masam. Dia tidak merasakan ayahnya memahami masalahnya. Selepas beberapa ketika, Chef Jay mengangkat lobak merah dan telur ayam kampung ke dalam dua mangkuk dan menuangkan coklat panas ke dalam gelas. Dialog antara ayah dan anaknya pun bermula.

Chef Jay : Apa yang Izzy (nama manja) nampak?

Nur Izzah : Lobak merah, telur ayam kampung dan coklat panas...

Chef Jay : OK... cuba Izzy rasa lobak merah, kupas telur ayam kampung dan hirup sedikit air coklat panas tu... lepas tu... beritahu ayah apa yang Izzy rasa.

Nur Izzah : Hmmm... lobak merah tu lembut dan senang dikunyah, telur ayam kampung tu sebelum masak dalamnya cair (mentah) tapi bila dah rebus jadi keras dan yang paling sedap air coklat panas tu yang begitu enak ketika panas. Tapikan... kenapa ayah buat macam ni???

Chef Jay : Sesungguhnya, dengan memasak pun boleh menyelesaikan masalah Izzy tu. Ketiga-tiga bahan tu memberikan tindak balas yang berlainan terhadap air panas yang menggelegak. Lobak merah yang pada mulanya keras menjadi lembut bila direbus. Telur ayam kampung pada mulanya isi dalamnya cair, tetapi menjadi keras apabila direbus. Coklat panas itu pula tidak enak dimakan begitu sahaja, tetapi enak diminum panas-panas apabila dibancuh dengan air panas.

Nur Izzah : Jadi apa kaitannya dengan masalah Izzy ni? Izzy tak faham.

Chef Jay : Air yang panas menggelegak itu umpama semua masalah Izzy dan ketiga-tiga bahan itu menggambarkan yang mana satukah Izzy nak jadi. Jangan jadi seperti lobak merah, pada mulanya keras (kuat) tetapi lembut (lemah) apabila di rebus di dalam air panas (masalah). Jangan jadi seperti telur ayam kampung isi dalamya cair (umpama hati yang lembut dan boleh di bentuk), tetapi apabila direbus menjadi keras (hati menjadi keras umpama batu) walaupun daripada luar kelihatan masih sama. Jadilah seperti coklat panas itu, menukar air panas itu dan menjadi air coklat panas yang enak. Begitulah Izzy yang sepatutnya, jadikanlah masalah itu sesuatu yang memberi manfaat dan pengalaman yang berharga di dalam hidup, moga-moga kita lebih matang dan bijak menghadapi masa hadapan.

Nur Izzah menitiskan air mata terharu mendengar nasihat ayahnya itu... Seakan-akan muncul semangat baru di dalam diri Nur Izzah untuk terus mara ke hadapan.

Sahabat-sahabatku sekalian...

Ujian adalah Tarbiyyah daripada Allah s.w.t.

Berilah pertolongan kepada mereka yang bermasalah walaupun hanya sekadar mendengar masalah mereka.

Moga-moga kita dirahmati Allah s.w.t. Amin...

Kisah Cikgu Tadika

Ada seorang cikgu tadika yang tak percaya wujudnya Tuhan. Dia pun berfikir bagaimana hendak mempengaruhi kanak-kanak di tadika tersebut supaya tak percaya wujudnya Tuhan. Tiba-tiba, dia mendapat satu akal...

Guru tadika : Anak-anak, nampak tak pen ini?
Murid-murid : Nampak cikgu.
Guru tadika : Pen ada kan?
Murid-murid : Ada cikgu.

Kemudian guru tadika tadi memasukkan pen itu ke dalam poket dia dan kemudian bertanya lagi..

Guru tadika : Anak-anak, nampak tak pen?
Murid-murid : Tak nampak cikgu.
Guru tadika : Pen ada tak?
Murid-murid : Tak ada cikgu.
Guru tadika : Anak-anak nampak Tuhan tak?
Murid-murid : Tak nampak cikgu.
Guru tadika : Tuhan ada tak?
Murid-murid : Tak ada cikgu.

Guru tadika itu sangat gembira kerana tujuannya untuk mempengaruhi kanak-kanak itu berjaya. Tetapi.. dalam kumpulan kanak-kanak itu ada seorang budak yang pintar yang bernama Amin lalu dia pun mengangkat tangan...

Amin : Cikgu, boleh saya cakap sesuatu?
Guru tadika : Boleh, mari ke depan.
Amin : Kawan-kawan nampak cikgu tak?
Murid-murid : Nampak.
Amin : Cikgu ada kan?
Murid-murid : Ada.
Amin : Kawan-kawan nampak otak cikgu tak?
Murid-murid : Tak nampak.
Amin: Cikgu ada otak tak?
Murid-murid : Tak ada.

Nasi Lemak 50 Sen!

"Awak cakap saya tak cantik?!"

"Memang tak cantik pun. Dahi jendol, dagu leper. Hah tu apa tu? Nasi lemak 50 sen!"

Begitulah satu babak dalam filem 'Cuti-cuti Cinta', dengan Farid Kamil sebagai pelakonnya menunjuk kepada buah d*** Nora Danish, yang dirujuk sebagai nasi lemak 50 sen!

Apa kata kita?

Pertama kali melihat iklan trailer filem tersebut, aku tak dapat tangkap dialog sebenar, sehinggalah aku menontonnya buat kali kedua.

Lawak bodoh – itu yang pertama sekali terlintas di kepala. It's a lame joke, with double meaning. And more. it's not funny!

Dialog itu bagi aku, masih boleh diterima, sekiranya Farid Kamil tidak menunjuk kepada 'ehem-ehem' Nora Danish. Tapi bila dah tunjuk tu, aku fikir budak kecik pun boleh faham!

Ekploitasi Wanita

Aku mula kenal perkataan eksploitasi wanita bila diminta membuat karangan berkenaan kesan baik dan buruk iklan di sekolah rendah. Dan masa itu, kakak aku yang memberi poin ini, aku tulis jugak walaupun aku belum faham benar apa maksud eksploitasi.

Wanita memang sejak dulu sampai sekarang menjadi marketing tools, baik untuk iklan pakaian, iklan kereta, iklan kelengkapan rumah, hatta iklan minuman dan makanan sekalipun. Pendek kata, semua yang ada badan seorang wanita boleh dijadikan bahan penarik.

Majalah, surat khabar, billboards, iklan TV, semuanya 'mempromosi kecantikan' wanita.

Sasarannya? Tidak lain, tentunya perempuan sendiri, lelaki 'pencinta wanita', malah kanak-kanak juga!

Pengaruh kepada kanak-kanak

"Nasi lemak 50 sen tu t***k ke Ibu?"

Apa kita rasa kalau tiba-tiba esok anak kita tanya macam ni? Marah?

Kenapa tidak gelak guling-guling? Kan lawak tu. Kalau masa tonton iklan tu kita boleh gelak kenapa tidak kali ni?

Janganlah murah sangat!

Dan bagi perempuan (atau, wanita) pandai-pandailah katakan tidak pada eksploitasi-murah-melampau seperti ini. Itu kan aset kamu!

Gela-gelak juga, tapi biarlah kamu tahu di mana sempadan untuk bergurau. Jangan sekali-kali benarkan lelaki melelong aset kamu semurah itu..

..dan sebaiknya tutuplah dada kamu dengan tudung selayaknya.

"Hendaknya mereka itu melabuhkan tudungnya sampai ke dadanya, dan janganlah kamu mendedahkan aurat dan perhiasan kamu kecuali apa yang terzahir." (an-Nur: 31)

Saya Dan Encik Iman

Iman : Assalamualaikum, bos.

Diri : Waalaikumussalam wbt. Lama tak nampak awak. Awak cuti ker?

Iman : Taklah, jabatan kami rasa Tuan tak perlukan kami lagi?

Diri : Laa.. kenapa pulak awak cakap camtu? Pentadbiran diri saya berterabur sekarang bila jabatan awak takde..

Iman : Takdelah, kami lihat banyak pekerja tambahan tuan ambil DVD, SMS danTV.. jadi kami rasa terpinggir..

Diri : Entahlah, waktu cuti sebulan ni saya tak pernah menggaji mereka. Tapi mereka terlalu rajin buat kerja, bekerja tanpa gaji, tapi banyak gak duit saya habis... entah ar...

Iman : Tu sebab, kami rasa Tuan memencilkan kami. Al-Quran, zikir, ma'thurat, solat malam tak boleh bekerja dengan mereka.. kami memang tak boleh bercampur dengan mereka..

Diri : Saya tak pernah minta awak bercuti..

Iman : Bagaimana kami ingin bekerja sedangkan Tuan sudah punya 'pekerja tambahan'? Saya lihat mereka buat Tuan gembira sekali..

Diri : Argh, gembira apanya.. berterabur kerja kat pejabat tu!! Tolonglah, bekerjalah dengan saya kembali.

Iman : Kami sememangnya sudah berkhidmat dengan Tuan sejak Tuan kecil lagi. Tapi, Tuan kadangkala mengabaikan kami. Tuan sediakan makanan untuk bos pekerja tambahan, Encik Dosa, tapi kami..? Tuan tak sediakan makanan. Kebajikan kami tak terjaga...

Diri : Maafkan saya. Kembalilah bekerja dengan saya. Saya janji kebajikan kamu semua saya jaga, Encik Iman.

Iman : Tuan boleh berjanji, tapi CEO kita Allah akan memantau Tuan. Tuan takkan tak takut menabur janji tapi melupakannya?

Diri : Janganlah menyalahkan saya.

Iman : Tuan perlu sedar, kami hanya bekerja di dalam syarikat yang bersih dan amanah.. bukanlah saya nak memandang rendah kepada jabatan baru Encik Dosa, tapi kami tidak suka cara mereka bekerja. Mereka meminggirkan kami.

Diri : Dah awak tak melawan?

Iman : Tuan, bagaimana kami ingin menang? Kami terlalu lemah, sedikit pula tu, kebajikan kami langsung Tuan tak jaga.. sedangkan kami tidak pernah meminta gaji dari Tuan. Cuma kami minta disediakan ruang yang bersih dan amanah untuk kami bekerja. Salahkah kami meminta yang sedikit?

Diri : Mereka kadang-kadang lebih menggembirakan saya.

Iman : Kalau begitu maafkan kami. Tak dapat rasanya kami bekerja untuk Tuan lagi. Tuan perlu memberi kebajikan kepada mereka. Siapalah kami...

Diri : Ehh, jangan.. bekerjalah dengan saya.

Iman : Buanglah pekerja itu.. mereka meminta-minta dari Tuan. Tuan perlu berhabis jutaan ringgit untuk mereka. Sedangkan kami, percuma khidmat kami.

Diri : Aduh, mereka pekerja yang menggembirakan saya. Memang kamu percuma, tapi kamu kadang-kadang bising, ini tak boleh, itu tak boleh.. Saya rimas.

Iman : (Senyum sinis) Maafkan kami tuan.. kami minta diri dulu.. tak perlulah kami berkhidmat dengan Tuan kalau begitu. Kalau tuan perlukan kami, kami sentiasa di sisi. Tuan jangan risau, kami maafkan Tuan..

Diri : Jangan pergi.. saya sanggup pecat Encik Dosa.. dan ahli jawatankuasanya; DVD, majalah yang melalaikan, dan yang sewaktu dengannya.

Iman : Tuan betul-betul sanggup?

Diri : Ya, saya kelam kabut sekarang. Hidup tak tenang dan pengurusan hidup berterabur..

Iman : Alhamdulillah.. Perkhidmatan kami free of charge. Tuan takkan rugi, sebaliknya tuan beruntung besar.. silap hari bulan, CEO kita akan naikkan Tuan ke pangkat yang lebih tinggi.

Diri : Terima kasih =) Panggillah ahli jawatankuasa kamu bekerja semula. Encik Iman, saya akan jaga kebajikan kamu.

Iman : Alhamdulillah. Moga keuntungan Tuan bergada-ganda tahun ini dan seterusnya

Diri : Terima kasih Encik Iman.

Kisah Pemuda, Janda Dan Dot Dot Dot...

Di sebuah kampung, ada seorang pemuda yang sangat miskin dan miskin...dan miskin. Kenapa saya ulang sampai tiga kali? Teruskan membaca baru dapat rasa betapa miskinnya pemuda ini. Kasihan!

Pemuda ini tidak mampu membeli makanan sehingga beberapa hari tidak makan. Dia tiada rumah dan menjadi 'tetamu tetap' di sebuah masjid di kampungnya kerana tempat tinggalnya memang di masjid. Oleh kerana kebanyakan masa hariannya di masjid, dia seringkali mengikuti majlis-majlis ilmu di masjid itu; kuliah, tazkirah, ceramah dan apa-apa sahaja majlis ilmu di sana. Itulah keistimewaan pemuda ini. Walaupun miskin dan kelaparan, menghadiri majlis ilmu adalah rutin hidupnya.

Suatu hari pemuda ini berasa sangat lapar. Sungguh kasihan kerana dia tidak mampu membeli apa-apa makanan. Hampir mati akal dia memikirkan bagaimana ingin mengisi perutnya kerana dia benar-benar kelaparan. Sehinggalah terdetik di dalam hati...

"Urm, bagaimana jika aku menyelinap masuk ke rumah orang-orang kampung dan mencuri makanan mereka? Aduh! Aku merasakan benar-benar dalam keadaan darurat. Mungkin dalam keadaan darurat begini menjadi keringanan buatku untuk mencuri," pujuk hatinya ketika risau jika ia dalam keadaan berdosa.

Pemuda miskin ini nekad. Ditunggunya sampai hari semakin gelap dan dia mula bergerak perlahan-lahan ke sekitar kampung. Dipanjatnya dari bumbung ke bumbung yang lain demi mencari sesuap dua makanan. Akhirnya, setelah berusaha memanjat, sampailah dia ke sebuah rumah. Gelap. Sunyi.

"Ah, sudah tentu penghuninya tiada sekarang. Baik aku masuk!"

Dia pun dengan segera menyelinap masuk dengan harapan tekaannya benar. Ya, dia memang benar kerana sungguh rumah tersebut tidak berpenghuni buat sementara waktu. Berbekalkan kesamaran cahaya dari celahan tingkap, pemuda ini menuju ke dapur dan terlihat sebuah periuk. Ketika membuka tudung periuk itu, dia terkejut.

Sebiji TERUNG!

Itu sahaja yang dijumpainya. Pemuda itu lantas mengambil terung tadi dan mula menggigitnya kerana benar-benar kelaparan walaupun ia hanya sebiji terung. Setelah sekali menggigit, tiba-tiba dia tersentak.

"Ya Allah! Apakah yang aku sedang lakukan. Malu aku pada-Mu Tuhan! Mana mungkin aku mencuri harta orang lain sedangkan aku adalah orang yang yang menjadi tetamu di masjid, menjadi tetamu dalam majlis-majlis agama. Tidak sepatutnya aku bertindak sebegini. Aku takut akan-Mu wahai Tuhan yang melihat segala tindak tandukku. Ampuni aku, aku amat takut akan balasan-Mu"

Sepantas kilat dia meletakkan semula terung yang telah selamat digigitnya sekali dan menyelinap keluar, hilang dalam kegelapan.

Esoknya...

Penduduk kampung mulai keluar masjid setelah tamatnya kuliah pada petang itu. Hanya beberapa orang yang masih di dalam masjid membaca Al-Quran. Seorang wanita masih berdiri di perkarangan dalam masjid dalam keadaan yang resah. Wanita tersebut pantas mendekati tok imam yang telah memberikan pengisian petang itu.

"Tok Imam, tolong bantu saya. Saya benar-benar buntu..." rayu wanita itu.

"Ya Allah, kenapa dengan kau wahai anakku. Ceritakanlah... jika aku boleh membantu, InsyaAllah aku akan membantumu."

"Aku ini seorang janda. Suamiku telah meninggal dunia," esakan mulai kedengaran.

"Beberapa hari lepas, aku telah diganggu oleh pemuda-pemuda kampung ini dan sungguh aku merasakan tidak selamat dan terasa terancam."

Tok Imam itu terdiam. Kerutan jelas di dahinya.

"Aku... aku ingin tok imam membantuku mencarikan seorang suami untukku kerana aku tidak ingin lagi terus diganggu oleh pemuda-pemuda di sini," ujarnya.

"Apa benar kau ingin aku membantu mu?" tanya imam tua tersebut. Wanita tersebut mengangguk.

Imam tua itu merenung ke sekeliling masjid. Lantas matanya terpaku pada pemuda miskin yang sedang bersandar di tepi tiang.

"Wahai pemuda, mahukah kamu ke mari?" Perlahan-lahan pemuda itu melangkah mendekati Tok Imam dan wanita tersebut.

"Sudikah kau mengahwini wanita ini?" pantas imam tua itu menyoal.

"Ya Allah, adakah ini hanya khayalanku? Aku ingin berkahwin, tapi percayalah, untuk membeli sebuku roti pun aku tidak mampu, apatah lagi untuk menanggung orang lain!" jujur pemuda itu menjawab.

"Usah khuatir wahai pemuda. Aku tidak perlukan hartamu. Aku sudah ada rumah yang arwah suamiku tinggalkan untukku. Aku tidak memerlukan hartamu. Aku hanya perlukan seorang lelaki yang boleh menjaga dan melindungiku dari ancaman luar," balas wanita tersebut.

Diam. Lama pemuda itu berfikir. Dia kemudian mengangguk perlahan.

Setelah bernikah disaksikan beberapa tetamu masjid, tok imam itu berkata;

"Sekarang pulanglah kamu bersama suamimu ini. Semoga pernikahan ini mendapat keberkatan-Nya dan dapat menyelamatkan kamu daripada gangguan orang."

Setibanya di rumah, wanita itu terus bertanya kepada pemuda miskin yang telah selamat menjadi suaminya.

"Adakah kau ingin makan? Aku akan menyiapkannya untukmu, wahai suamiku."

Pemuda itu hanya mengangguk. Dalam fikirannya sekarang bukan tertumpu pada makanan (walaupun pada hakikatnya ia memang kelaparan) tetapi rumah wanita tersebut. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Seolah-olah dia pernah berada di situ sebelumnya.

"Kenapa aku seperti mengenali rumah ini?" soalnya dalam hati sambil berkerut. Oh tidak! Jangan-jangan...

"Silalah makan dahulu," kata si wanita sambil menghidangkan sesuatu.

"Ya Allah... adakah aku bermimpi? Ini adalah terung yang telah ku gigit semalam. Ya Allah..apakah tandanya ini?"

"Maaf wahai suamiku. Aku hanya ada terung ini yang sempat ku rebus semalam. Aku terkejut kerana ia telah digigit. Pelik, siapa yang telah mengigitnya sedangkan tiada sesiapa di rumah ini sewaktu ku keluar," jelas wanita itu dalam kesayuan kerana tidak mampu menghidangkan yang terbaik untuk suaminya.

"Wahai isteriku. Mahukah kau mendengar suatu kisah? Se.. sebenarnya aku lah yang telah menyelinap masuk ke rumahmu semalam dan menggigit terung ini," akui pemuda itu ikhlas. Berubah wajah wanita itu.

"Maafkan aku. Semalam, aku sangat kelaparan. Sudah beberapa hari aku tidak makan dan aku tidak mampu untuk membeli apapun. Aku bertekad untuk mencuri makanan di luar. Ku fikir aku benar-benar dalam keadaan darurat. Namun, setelah selamat mengigitnya sekali, aku merasa benar-benar tersedar dan merasakan sangat takut kepada Allah yang menjadi saksi perbuatanku. Aku malu... aku takut akan azabnya atas kelalaianku. Maafkan aku," ujar pemuda itu sambil tertunduk menangis.

"Tidak mengapa suamiku. Aku sudah memaafkanmu. Akan tetapi ketahuilah bahawa aku benar-benar cemburu akanmu. Tahukah kau mengapa?" soalnya.

Pemuda itu berhenti menangis lalu merenung isterinya.

"... kerana sifat TAQWA mu! Kerana takutkan Allah, kau berhenti daripada terus melakukan dosa dan berterus-terang padaku. Sekarang, tidakkah kau sedar? Kerana sifat TAQWA yang ada pada dirimu itu, Allah membalasnya semula bukan hanya dengan terung yang telah kau gigit semalam, tapi seluruh isi dalam rumah ini termasuk diriku kepadamu, telah menjadi milikmu secara halal. Tidak perlu lagi kau mencuri. Semuanya telah Allah hadiahkan semula kepadamu kerana KETAQWAANmu itu," ujar wanita itu sambil tersenyum. Pemuda miskin itu cepat-cepat bersujud tanda mensyukuri hadiah Allah kepadanya.

Jika pembaca dapat menilai kembali kisah ini daripada asal, apakah 'main point' yang saya ingin sampaikan?

Ia adalah tentang TAQWA.

Kerana takutkan Allah, pemuda itu telah meninggalkan semula terung yang digigitnya ke tempat asal. Dia malu kepada Allah, dan dia benar-benar takut Allah akan menghukumnya. Kerana TAQWA yang ada padanya, Allah membalasnya semula bukan sahaja terung yang selamat digigitnya tanpa izin, tetapi termasuk tuan empunya rumah dan isi rumah tersebut kepadanya. Semuanya secara HALAL tanpa perlu rasa ragu-ragu.

Akan tetapi bukan harta dunia yang dikejar, tetapi rasa takut yang berterusan kepada Tuhan yang Maha Melihat, yang Maha Mengetahui dan yang Maha Pengasih, dalam melakukan sesuatu walaupun ia hanya sekecil-kecil hal (dalam kisah ini: mencuri sebahagian kecil terung!). Sesungguhnya beruntung bagi orang-orang yang bertakwa kerana kasih sayang Allah yang berlipat ganda bukan sahaja di dunia, malah di akhirat kelak.

Firman Allah dan hadis Nabi s.a.w. yang bermaksud:

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Surah Al-Hasyr: 18)

Kemudian Allah sambung lagi dalam surah yang sama, ayat seterusnya;

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehinggalah Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (Surah Al-Hasyr: 19)

Wasiat Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Muadz bin Jabal رضي الله عنه , "Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, tampallah keburukan dengan kebaikan niscaya akan dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (Hadis riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi)

Dan banyak lagi firman Allah dalan Al-Quran tentang taqwa. Marilah berusaha menjadi orang-orang yang bertakwa demi menggapai redha-Nya dalam setiap inci pun yang kita lakukan. Kita masih lagi ada masa.

Oh ya! Sebenarnya space yang sengaja saya tulis 'dot-dot-dot' pada tajuk di atas adalah sebenarnya:

"Kisah Pemuda, Janda dan TAQWA".

Moga kisah ini bermanfaat untuk semua termasuk diri saya.

Tuesday, December 14, 2010

KALAU ALLAH ITU MAHA BAIK,KENAPA BUAT NERAKA??

Ini kisah benar.. Kisah seorang gadis Melayu, beragama Islam, tapi cetek pengetahuan tentang agama.

Ceritanya begini, di sebuah negeri yang melaksanakan dasar 'Membangun Bersama Islam', kerap kali pihak berkuasa tempatan menjalankan pemeriksaan mengejut di premis-premis perniagaan dan kompleks beli-belah, untuk memastikan para pekerja di premis berkenaan menutup aurat.

Saya tidak pasti berapa jumlah denda yang dikenakan sekiranya didapati melakukan kesalahan, tapi selalunya mereka akan diberi amaran bagi kesalahan pertama, dan didenda jika didapati masih enggan mematuhi garis panduan yang ditetapkan.

Lazimnya dalam setiap operasi sebegini, seorang ustaz ditugaskan bersama dengan para pegawai pihak berkuasa tempatan.

Tugasnya adalah untuk menyampaikan nasihat secara berhemah, kerana hukuman dan denda semata-mata tidak mampu memberi kesan yang mendalam.

Dalam satu insiden, ketika operasi yang dijalankan sekitar 2005, seorang gadis yang bekerja di salah satu lot premis perniagaan di sebuah pasaraya telah didapati melakukan kesalahan tidak menutup aurat.

Maka dia pun kena denda.

Setelah surat saman dihulurkan oleh pegawai PBT, ustaz ni pun bagi la nasihat, "lepas ini diharap saudari insaf dan dapat mematuhi peraturan.

Peraturan ni bukan semata-mata peraturan Majlis perbandaran, tapi menutup aurat ni termasuk perintah Allah. Ringkasnya, kalau taat segala perintahNya, pasti Dia akan membalas dengan nikmat di syurga.

Kalau derhaka tidak mematuhi perintahNya, takut nanti tidak sempat bertaubat, bakal mendapat azab di neraka Allah.

Tuhan Maha Penyayang, Dia sendiri tidak mahu kita campakkan diri ke dalam neraka."

Gadis tersebut yang dari awal mendiamkan diri, tiba-tiba membentak "Kalau Tuhan tu betul-betul baik, kenapa buat neraka?

Kenapa tidak sediakan syurga sahaja? Macam itu ke Tuhan Maha Penyayang?" Mungkin dari tadi dia sudah panas telinga, tak tahan dengar nasihat ustaz. Sudah la hati panas kena denda sebab dia tak pakai tudung.

Ustaz tu terkedu sekejap. Bahaya budak ni. Kalau dibiarkan boleh rosak akidah dia.

Setelah habis gadis tu membebel, ustaz tu pun jawab: "Dik, kalau Tuhan tak buat neraka, saya tak jadi ustaz.

Berapa sen sangat gaji saya sekarang. Baik saya jadi tokey judi, atau bapa ayam.

Hidup senang, lepas mati pun tak risau sebab gerenti masuk syurga.

Mungkin awak ni pun saya boleh culik dan jual jadi pelacur.

Kalau awak nak lari, saya bunuh je. Takpe, sebab neraka tak ada. Nanti kita berdua jumpa lagi kat syurga. Kan Tuhan tu baik?"

Gadis tu terkejut. Tergamak seorang ustaz cakap macam tu? Sedang dia terpinga-pinga dengan muka confused, ustaz tu pun jelaskan:

"Perkara macam tadi akan berlaku kalau Tuhan hanya sediakan syurga. Orang baik, orang jahat, semua masuk syurga.

Maka apa guna jadi orang baik? Jadi orang jahat lebih seronok. Manusia tak perlu lagi diuji sebab semua orang akan 'lulus' percuma.

Pembunuh akan jumpa orang yang dibunuh dalam syurga. Perogol akan bertemu lagi dengan mangsa rogol di syurga.

Selepas tu boleh rogol lagi kalau dia nak. Tak ada siapa yang terima hukuman. Sebab Tuhan itu 'baik'.

Adakah Tuhan macam ni yang kita nak? Awak rasa, adil ke?" Tanya ustaz.

"Mana adil macam tu. Orang jahat takkan la terlepas macam tu je." Rungut si gadis.

Ustaz tersenyum dan menyoal lagi: "Bila tuhan tak adil, boleh ke dianggap baik?"

Gadis tu terdiam.

Ustaz mengakhiri kata-katanya:

"Adik, saya bagi nasihat ni kerana kasih sesama umat Islam. Allah itu Maha Penyayang, tapi Dia juga Maha Adil.

Sebab tu neraka perlu wujud. Untuk menghukum hamba-hambaNya yang derhaka, yang menzalimi diri sendiri dan juga orang lain.

Saya rasa awak dah faham sekarang. Kita sedang diuji di atas dunia ni.

Jasad kita bahkan segala-galanya milik Allah, maka bukan hak kita untuk berpakaian sesuka hati kita.

Ingatlah, semuanya dipinjamkan olehNya, sebagai amanah dan ujian.

Semoga kita dapat bersabar dalam mentaati segala perintahNya, untuk kebaikan diri kita juga."