Friday, December 17, 2010

22 Lawan 1

Sebuah cerita yang menarik..

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.

Pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya,

"1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya,
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,

1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

2. Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).

3. Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.

5. Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.

6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

7. Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).

8. Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung 'Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).

9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang. Dan bukti-bukti itu ialah angin taufan, belalang, kutu, katak, darah, tongkat, tangan, belah laut, memayungi mereka dengan awan, al-man, al-salwa, batu hingga yang lain daripada tanda kekuasaan Allah yang mereka saksikannya.

10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).

11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf.

12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).

13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18).

15. Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf:98)

17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).

18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.

19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya':69).

20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentera bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).

22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"

Mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"

Pendeta tersebut berkata, "Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah." Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda." Pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah:

Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Sehelai Tudung Labuh

Keadaan bertukar sunyi di dalam kereta . Beremosi .
Wanita yang berumur dalam lingkungan 40 tahun mengambil nafas panjang setelah usai dengan bangkangnya.
Stereng kereta cuba dikawal sebaik mungkin . Humaiya , terduduk hampa di “seat” belakang . Dahinya berkerut ,
matanya sedikit sembap akibat tangisan tadi . Riak wajahnya yang sukar ditafsirkan jelas menunjukkan pelbagai
persoalan bermain di fikiran .

“Biar betul ibu ? Setelah sekian ini ? Setelah aku meletakkan komitmen besar terhadap imej ku ini ? Iman ku membantah seratus peratus “.

Itu kisah kelmarin , dan dia masih memprotes .

* * * * * *
“Awak setuju dengan keputusan ibu ?”.

Humaiya mengajukan soalan kepada adiknya yang mencari target bagi memasukkan biji
carrom ke dalam lubang sasaran .

“Mestilah tak! Qis rasa akak dah masuk sebulan bertudung labuh , takkan
nak berhenti kat tengah jalan?”.

Tupp ! Biji carrom berjaya dimasukkan . Giliran Humaiya pula memasukkan target ,
tetapi otaknya sedang berfikir ligat . Fokusnya hilang kepada permainan carrom ,
dia lebih tertumpu kepada konflik yang dihadapinya sekarang.

Tiada angin tiada ribut tiba-tiba ibu Humaiya menghalang dia bertudung labuh lagi .Humaiya sedar, ibunya
sejak mula memang menunjukkan respon kurang bersetuju apabila dia mahu bertukar imej , tetapi ayahnya selaku
ketua keluarga sentiasa meletakkan titik noktah bagi setiap keputusan sekaligus membuatkan ibunya terpaksa mengiyakan saja.

Ayahnya memberi lampu hijau kepada Humaiya untuk bertudung labuh , mungkin dia menyukai anak gadisnya bertudung
mengikut syariat kalau mahu dibandingkan dengan pemakaian tudung gaya Ariani yang sudah menjadi ikutan ramai wanita.
Tudungnya maha kecik , langsung tidak mematuhi perintah Allah di dalam Al-Quran yang mengarahkan kaum hawa supaya
menutup belahan baju dan dada. Ayah Humaiya juga mengerti , yang anaknya mahu berhijrah . Menjadi antara golongan
remaja yang diredhai Allah.


Humaiya yang kini sering menjaga solatnya .
Humaiya yang kini lebih elok keperibadiannya .
Humaiya yang kini sering membasahi bibir dengan asma Allah .
Humaiya yang kini sentiasa cuba memperbaiki diri .

Dia sedikit pilu apabila ibunya gagal memahami .
Mindanya memutarkan kembali dialog bersama ibunya kelmarin .

“ Ibu rasa ibu tak nak awak bertudung labuh lagi. Boleh ikut cakap ibu?”.

“Tapi bu , akak ...”.

“Ibu rasa akak pakai semata-mata ikut kawan , tunggu jelah bila akak dah besar.
Sekarang ni akak muda lagi , masih belum waktunya. Ibu rasa awak belum
bersedia nak pakai secara total , entah entah masa akan datang awak tak
nak pakai tudung labuh lagi. Tolonglah , tak usah lah nak bertudung labuh lagi ,
akak bukan budak sekolah agama , budak sekolah biasa je.”

Nada suara ibu Humaiya yang agak tinggi ketika itu menyebabkan dia terkelu .
Dia tak mampu berhujah , meskipun segala yang dikatakan oleh
ibunya itu terlalu bercanggah dengan pendiriannya yang sebenar.
Waktu muda sebeginilah sewajarnya remaja memperbaiki diri , bagaimana
jika ajal menjemput kita di kala kita lalai pada usia remaja? Ajal itu tidak
mengenal umur ibu!

Apabila diimbas kembali,Humaiya sedikit kesal kerana gagal mempertahankan pendiriannya ,mahu saja dia
meluahkan segala yang terbuku di lubuk hati . Mahu sahaja dia mengadu kepada ayah , tetapi rasa berat hati
kerana ayahnya berada di luar negara menguruskan krisis kerja . Takut menambahkan tekanan ayah tercinta ,
lagi pula dia rasa masih mampu memujuk ibunya. Dia juga tahu kalau ayah malas mahu bertelagah dengan ibu.

“Akak! Cepatlah , giliran akak ni”. Balqis merungut melihat kakaknya mengelamun.

Humaiya tersentak.

“Ohh , maafkan akak ya. Akak dah takde mood nak main. Sambung nantilah.”

Balqis mengeluh panjang.

Humaiya turun ke dapur untuk meneguk secawan air. Air mukanya berubah
apabila melihat mamanya di dapur. Dia segera mengalihkan pandangan
supaya tidak bertembung mata dengan ibunya . Ibunya cuba mencari perhatian
Humaiya , tetapi gagal.

“Humaiya! Kenapa bermasam muka dengan ibu? Humaiya mahu jadi anak
derhaka ke!” .

Humaiya tersentak. Ibunya tiba-tiba melenting.

“Akak minta maaf ... akak tak bermaksud nak...”

“Itulah Humaiya! Taksub sangat nak bertudung labuh! Kenapa susah sangat nak
patuh apa yang ibu tak kasi buat!”.

Belum sempat Humaiya berkata kata , ibunya kembali melenting.
Humaiya segera beredar ke bilik , tangisannya menjadi semakin esak.
Balqis terkejut melihat reaksi kakaknya yang sedemikian tetapi tidak berani menegur.
Dia segera keluar dari bilik , memberi privasi kepada kakaknya.

“Maafkan akak bu..akak tak bermaksud nak jadi anak derhaka...”

Tangisan Humaiya makin laju , mukanya disembam ke bantal. Dia memerlukan
kata kata penguat , kata kata nasihat bagaimana dia mahu mengendalikan
masalah ini . Keyakinan Humaiya runtuh menghempap bumi . Hatinya terluka
apabila digelar sebegitu oleh ibunya. Rasa kesal menyelubungi diri.

“Urghh , tak patut aku bermasam muka!”.

Dia teringat nasihat ustazahnya di sekolah yang menasihatinya supaya
jangan sekali-kali menunjukkan sikap derhaka kepada ibu bapa walaupun
kadang-kadang kita tak sehaluan dengan mereka . Humaiya beristighfar ,
mengesali diri. Dia sepatutnya bersabar , memohon kepada Ya Rabb supaya
melembutkan hati ibunya . Dia menghentikan tangisnya sambil membetulkan
duduk di atas katil.

“Aku kena betulkan keadaan”.

Humaiya nekad.

* * * * * * *
Surat itu dilipat rapi setelah berulang kali dibaca , bagi memastikan susunan
ayat diatur sempurna . Supaya mudah difahami ibunya . Humaiya menyelinap
masuk ke dalam bilik ibunya , jam dinding yang tergantung dipandang sekilas.
Dua pagi . Diperhatikan pula wajah ibunya yang sedang diulit mimpi , timbul
rasa kasihan dalam hati Humaiya. Sudah masuk dua minggu mamanya tidur
sendirian dek kerana ayahnya yang berada di luar negara.

Dia segera mempercepat langkah , namun dengan berhati-hati supaya ibunya
tak terjaga . Gayanya seperti pencuri yang memecah masuk ke rumah orang .
Surat dalam genggamannya segera diletakkan di atas meja solek ibunya .

“Harap harap mama baca lepas aku pergi besok...”, monolog Humaiya.

Awal pagi berikutnya Humaiya segera bersiap. Setelah usai dia segera
berjalan keluar dari rumah dengan langkah yang berat.

* * * * * *

“Humaiya ....”.

Ibu Humaiya menitiskan air mata membaca surat Humaiya . Surat itu menjelaskan segala isi hati Humaiya ,
ibu Humaiya sedikit kesal kerana menegah anaknya daripada melakukan perkara yang baik . Kesal kerana dia
sentiasa mempersoalkan perbuatan mahmudah dan bukannya mempersoalkan perbuatan mazmummah . Titisan demi titisan
air mata jernih berderai turun di pipinya ...

* * * * * *

Waktu kelihatan sudah hampir melepasi tengah hari. Kelihatannya Humaiya
dalam perjalanan pulang ke rumah setelah selesai latihan bola jaring
di sekolah. Walaupun sedang musim cuti persekolahan akhir tahun , pasukan
sekolahnya kekal aktif supaya dapat bersedia sebaik mungkin untuk perlawanan
pada musim persekolahan tahun depan.

“Assalamualaikum! Humaiya dah balik!”.

Humaiya membuka tali kasutnya lalu memasuki pintu rumah .

“Eh , akak dah balik . Penat latihan bola jaring tadi?” , soal Balqis.

“Penat sangat...”.

“Ohh , akak mesti lapar kan? Mama masak special untuk akak tau”.

Humaiya senyum girang . Kelihatan mamanya berjalan menuju ke arahnya
lalu memeluknya erat.

“Ibu minta maaf ...ibu tak patut halang Humaiya.. lagipun kalau
Humaiya pakai macam tu terjagalah sikit anak ibu ni...”

Alhamdullilah ! Satu lafaz syukur diucapkan .

“Humaiya pergilah masuk bilik.. tengok ada apa atas katil..”.

Humaiya terus mengangkat langkah laju ke biliknya , sebaik membuka pintu
dia terlihat sehelai tudung labuh di atas katil. Tudung labuh berwarna krim
dan masih berbau kedai . Kelihatan ada sehelai nota di atasnya .

“Sehelai Tudung Labuh”
from ibu :)


Humaiya tersengih.

TAMAT.

Kisah Seekor Burung Pipit

Apabila datang musim kemarau, seekor Burung Pipit mula merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengeluh pada persekitarannya yang dikatakan tidak bersahabat.



Ia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang kononnya, udaranya sentiasa dingin dan sejuk. Ia pun terbang ke daerah utara. Benar, perlahan-lahan ia mula merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk. Ia semakin bersemangat terbang ke arah utara lagi.



Kerana teruja, burung pipit itu tidak merasakan sayapnya yang mula bersalut salji, semakin lama semakin tebal, dan akhirnya ia jatuh ke tanah kerana tubuhnya terbungkus salji. Sampai ke tanah, salji yang menempel di sayapnya bertambah tebal. Si burung pipit tidak mampu berbuat apa-apa, dan berasakan riwayatnya telah tamat. Ia merintih menyesali nasibnya.



Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan melalui kawasan itu datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa kerana yang datang hanyalah seekor Kerbau. Ia mengherdik si Kerbau agar menjauhinya dan mengatakan bahawa makhluk yang tolol tidak mungkin mampu berbuat apa-apa untuk membantunya.



Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki hamun si Kerbau. Si Kerbau hanya berdiam diri, maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Langsung si Burung tidak mampu berkata-kata lagi kerana dirinya sudah tertimbun kotoran si kerbau. Si Burung pipit mula menganggap ajalnya semakin hampir dan ia akan mati tidak lama lagi kerana tidak mampu bernafas.



Namun perlahan-lahan, ia berasakan kehangatan. Salji yang membeku pada bulunya mulai cair disebabkan hangatnya tahi kerbau itu. Ia kembali dapat bernafas dengan lega dan melihatlangit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi-nyanyi keriangan.



Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampirinya, menghulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salji yang masih menempel pada bulu si burung. Apabila bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia menganggap telah mendapat teman yang ramah dan baik hati. Namun keriangannya tidak lama...dunianya kemudian terasa gelap gelita ditelan oleh si Kucing. Maka tamatlah riwayat si Burung Pipit.





Moral:



1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu sesuai bagi kita. (Grass is always greener on the other side..)

2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran.

3. Apa yang pada mulanya terasa pahit, kadang-kadang berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.

4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lekas lupa dan terburu nafsu.

5. Waspadalah terhadap orang yang memberikan janji yang berlebihan.

I luv U, Be4 I met U

Ingin menyayangi dan disayangi adalah fitrah setiap manusia. Bohonglah sesiapa yang mengatakan "aku tak perlukan sesiapa dalam hidup... hidup matiku hanya untuk Allah." Rasullah sendiri pernah menegur seorang lelaki yang sanggup berlapar dan enggan berkahwin semata-mata ingin mengabdikan diri kepada Allah.

Kita semua memerlukan seseorang dalam hidup untuk berkasih sayang. Namun, janganlah keterlaluan sehingga menjadikan matlamat berkasih sayang sebagai satu-satunya matlamat dalam hidup. Misi kita dalam hidup ini perlu perlbagai. Sebagai hamba Allah, tentu sekali, matlamat utama adalah untuk menjadi seorang mukmin yang bertakwa. Maka, dalam perjalanan kita menjadi mukmin yang bertakwa, pastikan misi-misi kita yang lain juga seiring dalam mencapai matlamat yang utama. Ini termasuklah misi kita mencari pasangan yang terbaik.

Kebanyakkan wanita yang saya temui, menyayangi 'suami'nya lama sebelum mereka jatuh cinta. The idea of finding & marrying the best menyebabkan mereka mendambakan seseorang yang mempunyai sifat dan sikap yang baik dan terpuji. Kebetulan pula, contoh lelaki yang mereka lihat menepati ciri-ciri tersebut akhirnya benar-benar menjadi suami mereka. Wallahualam, ini perancangan Tuhan. Setiap orang sudah ditetapkan rezekinya (termasuk jodoh) dan Allah Maha mengetahui apa yang didalam hati setiap insan.

Berikut adalah beberapa wanita yang 'menyayangi suaminya' lama sebelum mereka jatuh cinta...

Kisah Kak R
Saya bertemu beliau di satu kursus dan kebetulan menjadi rakan sebilik saya. Entah macam mana terkeluar cerita kahwin. Saya tanya,"bagaimana boleh kenal?"

Menurut Kak R, mereka berdua satu universiti tetapi tidak pernah berbual. Kak R akui, suaminya semasa zaman pelajar adalah antara pemuda yang 'baik-baik'. "Ada satu kali, masa tengah bersembang dengan seorang kawan perempuan, dia (suami) lalu di tepi kami. Akak berbisik kat kawan, andai aku diberikan suami, nak yang macam dia...." beritahu Kak R sambil tersenyum.

Kisah H
H sepupu yang baru balik dari Syria. Saya bertandang ke rumah mereka untuk meraikan majlis walimah beliau dan abangnya. Malam itu, saya menumpang tidur sebilik. Saya bertanya,"bagaimana boleh kenal?"

Menurut H, dia sudah mengenali suaminya sepanjang pengajian di Syria dan kebetulan adalah kawan baik abangnya. Namun, mereka tidak pernah bersembang lebih dari urusan persatuan. Beberapa bulan balik dari Syria, si kawan abang masuk merisik. Akui H, "walaupun kami tidak pernah bersembang, saya kagumi sifat dan sikap beliau. Harapan saya masa kat Syria dulu, semoga saya memperolehi bakal suami sebaik beliau," beritahu H, tersipu.

Kisah A
Saya berjumpa A di satu Konvensyen Islam di Amerika. Usianya masih belasan tahun. Ketika itu, usia saya baru menginjak 22 tahun. Apabila mendapat tahu dia baru seminggu melangsungkan majlis walimahnya, sambil mengenggam tangannya dan gelak gembira, saya berkata,"I'm sooo jealous..."

A balas genggam tangan saya sambil memandang tepat ke mata, "you should not say that to a friend. You should say, I'm happy for you," dia tersenyum sambil menambah,"...and ask Allah to give me the same happiness."

Perancangan dan ketentuan Tuhan amat cantik, malah janjinya dalam surah An-Nur ayat 26 cukup tepat, "Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik."

Namun, tiada siapa dapat meramal siapa jodoh yang telah di tetapkan. Tetapi, the idea of finding & marrying the best, harus disematkan. Allah Maha Mengetahui apa yang dihati setiap manusia. Dan, Dia juga Maha Mengetahui apa yang terbaik.

Bagi saya, dari dulu (semenjak timbul keinginan untuk berkahwin), saya mendambakan yang terbaik untuk diri, keluarga, agama dan masa depan. Alhamdullilah, dalam perjalanan itu saya ditemukan dengan kawan-kawan yang memberi erti pada istilah terbaik...

Saya mendoakan agar kawan-kawan yang yang sedang mencari rezeki (jodoh) masing-masing supaya jangan putus asa. Allah mendengar isi hati anda. The idea of finding & marrying the best bukanlah sesuatu yang fairytales. Ia telah berlaku kepada beberapa pasangan dan InsyaAllah, ini juga boleh berlaku pada anda.

Saya akhiri dengan satu petikan dialog dari novel The Notebook oleh Nicholas Spark "The best love is the kind that awakens the soul and makes us reach for more, that plants a fire in our hearts and brings peace to our minds. And that's what you've given me. That's what I'd hoped to give you forever."

Ujian Itu

Ujian Allah datang dalam pelbagai bentuk. Dahulu aku melihat orang lain sentiasa diuji dengan pelbagai dugaan. Sakit, kehilangan harta benda, kehilangan orang tersayang. Itu tandanya Allah masih ingat akan kita. Dia mahu menguji hambanya supaya jika kita bersabar, insyaAllah kita kan mendapat ganjaran.

Dan aku tertanya, kenapa aku tidak pernah diuji dengan segala cabaran yang aku lihat terpaksa dipikul oleh orang lain? Lupakah Allah kepada aku?
Atau Allah sudah tidak sayang kepada aku?

Kemudian aku tersedar, yang ujian Allah itu juga boleh datang dalam bentuk kesenangan. Dan kadang-kadang kesenangan itu lebih berat ujiannya daripada kesusahan. Oh, aku sedang diuji waktu itu tanpa aku sedari.

Persoalannya, luluskah aku dengan ujian itu? Hanya Allah yang tahu.

Dan sekarang, mungkin Allah mahu aku merasa ujian yang aku pernah 'minta' dahulu. Ujian dalam bentuk kesusahan.
Susahnya kehidupan seorang pelajar.

Tidak pernah diduga oleh aku yang Allah akan menguji aku dalam bentuk ini. Kerana dahulu, soal pelajaran tidak pernah menjadi satu masalah.

Tetapi aku tahu. Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya dengan ujian yang tidak terdaya oleh kita. Persoalannya, mampukah aku lulus dengan ujian ini?

Setiap perkara yang berlaku, baik buruk mahupun baik, ada hikmahnya. Andai aku gagal dalam ujian ini, mungkin ada hikmahnya. Allah ada perancangan yang lebih baik untuk aku, lebih baik daripada perancangan manusia untuk aku.

Namun, aku hidup dengan manusia. Terarah dengan jangkaan, harapan dan sangkaan manusia. Sedar atau tidak, aku terpasa memenuhi semua tuntutan itu. Sehingga aku mungkin lupa yang kehendak Allah jauh melangkau segalanya.

Mana Satu Pilihan Hati

Saya bertanya kepada emak, "mak mana satu pilihan hati, orang yang sayangkan kita atau yang kita sayang?"

Mak jawab, "dua-dua bukan.."

Saya tercengang. Mak mengukir senyuman.

"Pilihan hati mak adalah yang sayangkan kita kerana Allah.." saya menarik nafas dalam-dalam.

"Macam mana nak tau orang tu sayang kita kerana apa?" Mak diam sekejap berfikir dan kemudian tersenyum.

Rasanya mak dapat menduga apa yang sedang bermain dalam hati anak perempuannya. Mana mungkin saya mampu menyorokkan rahsia hati dari mak sedangkan sekilas saya pun mak mampu membacanya.

"Yang paling tahu hanya Allah.." mak merenung dalam-dalam wajah anaknya.

"Kerana hanya Allah mampu membaca hati hambaNya.." mak menyusun ayat-ayatnya.

"Dan keikhlasan kerana Allah itu akan terserlah keberkatannya tanpa perlu sengaja ditonjokan oleh seseorang tu.."

Saya memintas, "Tak faham.."

Mak menyambung, "Cinta di dalam jalan Allah.. Bertemu kerana sama-sama mencari redha Allah.."

Mak menyambung lagi, "Begini, setiap insan yang bergelar manusia telah Allah ciptakan berpasang-pasangan. Rasa ingin dikasihi antara seorang suami dan isteri suatu fitrah. Automatik boleh ada daya tarikan magnet tu.."

Wajah saya merah, sedikit cemas jika mak dapat mengesan gelora jiwa muda ini..

Mak menyambung, "Setiap manusia telah Allah tetapkan rezeki, jodoh dan maut sejak azali lagi. Persoalannya ialah.. siapakah jodohnya itu?" mak berhenti seketika.

Saya tunduk malu, cuba menyorokkan rasa panas di pipi. Emak buat-buat tidak nampak.

"Mak dulu masa muda ada secret admire. Rajin betul dia hantar surat. Masa tu mak dah tahu yang bercinta sebelum kahwin ni tak halal. Mak nak belajar sungguh-sungguh. Lama budak tu tunggu mak. Akhirnya mak bagi kata putus, mak hanya akan membalas cinta dia jika dia sah suami mak. Dan dia memang bukan jodoh mak, maka tak pernah dia menerima balasan cinta tu," Mak merenung jauh. Saya merapatkan badan kepada emak, semakin berminat dengan kisah lama mak..

"Mak memang tak ada perasaan lansung pada dia ke?" saya menyoal sambil memandang tajam wajah mak.

Emak ketawa kecil.

"Walaupun mungkin ada, mak tak pernah bagi peluang pada diri mak untuk mengisytiharkan perasaan tu. Mak takut pada Allah. Mak bukan seperti rakan sebaya mak yang lain. Mak, seperti kakak.." Mak memandang saya sambil memegang pipi dan dagu saya. Kemudian tangannya mengusap rambut di kepala saya.

"Dulu bila di sekolah, mak pelajar pertama yang bertudung. Mak membawa imej agama. Kawan-kawan dan cikgu-cikgu panggil mak dengan gelaran mak Aji. Sebab zaman tu hujung 70-an dan awal 80-an tak ramai lagi yang bertudung betul menutup auratnya. Zaman tudung nipis dan nampak jambul. Kemudian kawan-kawan mak sikit-sikit ikut bertudung. Akhirnya kami semua dipanggil di perhimpunan. Kami dimarah guru besar kerana bertudung sedangkan ustazah kami bertudung tapi nampak jambulnya.." emak melemparkan pandangan ke lantai.

"Selepas itu ustazah jumpa kami secara persendirian. Ustazah kata dia tak mampu nak pakai seperti kami. Dia suruh kami teruskan.." sambung emak.

Ada getar di hujung suara emak. Kisah silam perjuangan emak di sekolah dahulu sikit-sikit emak ceritakan pada saya. Itulah juga salah satu inspirasi kepada saya untuk bangkit semula setiap kali terjatuh ketika berjuang di sekolah dulu.

"Mungkin kerana personaliti mak, mak menjadi tempat rujukan kawan-kawan mak. Jadi, bila mak nak ambil sesuatu tindakan, mak kena fikir betul-betul sama ada tindakan mak tu akan menyebabkan Allah marah atau tidak. Mak ayah berdosa tak? Dan maruah pembawa agama terjejas tak? Kalau mak membalas cinta si lelaki tadi, bermakna mak sedang menconteng arang di muka-muka pembawa-pembawa agama. Orang akan pandang serong terhadap orang yang bertudung sedangkan kesilapan tu hanya seorang dua yang buat. Besar fitnah akan timbul apabila orang-orang agama mengambil ringan batas syariat duhai anak.." mak menelan air liurnya.

Saya diam. Fikiran saya sedang cuba memahami maksud mak saya.

"Jatuh cinta perkara biasa. Apabila kita jatuh cinta pada seseorang, itu tandanya ada sesuatu keistimewaan pada seseorang tu. Apatah lagi orang yang kita jatuh cinta tu di atas jalan dakwah ni. Tetapi kita kena ingat. Kita tak akan dikahwinkan dengan seseorang atas sebab jatuh cinta atau saling cinta mencintai. Bercouple mungkin. Tetapi bukan berkahwin. Kerana kita berkahwin dengan jodoh kita, jodoh yang Allah dah tetapkan sejak azali. Dan tak mustahil orang yang kita paling benci itulah jodoh kita yang kita akan dikahwinkan dengannya.."

Tiba-tiba air mata saya mengalir. Argh! Ego saya kalah bila mendengar hujah emak.

Emak meneruskan, "Allah itu Maha Adil. Dia tak pernah menzalimi hamba-Nya. Sesungguhnya, yang selalu menzalimi hamba-Nya ialah diri hamba tu sendiri. Sebabnya hamba itu degil. Dia mahukan yang bukan haknya dan yang bukan milik dia. Mencintai seseorang tidak semestinya memilikinya.

Dalam Islam, kita dah diajar untuk saling mencintai antara satu sama lain seperti diri sendiri. Jadi apabila kita mencintai saudara perempuan, kita bebas peluk dia. Tetapi bila dengan lelaki, kita ada batas-batasnya. Orang kafir kata batas-batas ini suatu diskriminasi, tetapi sebenarnya batas-batas syariat itulah yang memelihara kehormatan seorang lelaki dan seorang perempuan.

Cuba renungkan, kita mengenali seorang insan yang amat baik, sempurna agamanya dan rajin. Lalu kita jatuh hati padanya. Ditakdirkan jodohnya dengan insan lain, kita pula dengan yang lain. Tetapi itu tidak bermakna ukhwah antara kita dan dia terputus. Kita dan dia sama-sama mencari redha Allah. Kita dan dia masih boleh sama-sama bekerjasama untuk mencari redha Allah. Perbezaannya, dia halal untuk isterinya sedangkan untuk kita, dia tetap lelaki ajnabi seperti yang awalnya," emak berhenti seketika.

Tentu kering tekak emak menerangkan kepada saya persoalan hati ini.

"Jadi di sini mak nak kamu faham, jatuh cinta bukan perkara luar biasa. Dan berkahwin pun bukan suatu jaminan untuk tak jatuh cinta pada lelaki lain. Kerana itulah ramai isteri yang curang, suami yang curang. Ada orang tukar pasangan macam tukar baju. Apa yang penting ialah kita kena perjelaskan pada diri kita supaya setiap kali kita jatuh cinta, jatuh cinta itu kerana kita jatuh cinta kepada Pencipta dia. Kita beritahu pada diri kita berulang kali yang kita mencintai Allah, kerana itu kita mencintai si dia. Letakkan Allah sebagai sempadan hati kita, segala perkara yang kita cintai dan sayangi termasuk mak ayah adalah kerana mencintai Allah. Dan apabila kita membenci seseorang atau sesuatu, beritahu pada diri sendiri berulangkali yang kita benci sekian-sekian hal kerana Allah semata-mata."

"Hati kita ni walaupun dalam dada kita sendiri, ia tetap bukan milik kita. Kita tak mampu untuk mengawalnya. Hanya Allah yang boleh memegangnya. Sebab tu kita kena dekatkan diri dengan Allah. Sebab kita nak dia pegang kukuh-kukuh hati kita. Bila dia pelihara dan masuk dalam hati kita, itulah nikmat lazatnnya bercinta. Masa tu biarpun satu dunia menyakiti kita, kita tak rasa sakit sebab kita asyik dengan nikmat bercinta dengan Allah. Bercinta dengan Allah sangat berbeza dari bercinta dengan manusia. Kerana tentulah pegalaman bercinta dengan lelaki kaya, rupawan, sempurna dan bijaksana tak sama rasanya bercinta dengan lelaki miskin, hodoh,cacat dan dungu. Betapa nikmatnya cinta Allah, hanya mereka yang pernah merasai sahaja yang mampu mengerti."

"Walau siapapun jodoh yang Allah hantarkan untuk kamu, terimalah dengan hati yang redha. Tak mustahil dia adalah orang yang kita benci. Kalau yang kamu sayang, tak jadi hal lah. Tapi kalau dapat yang kamu tak nak, lantaran kelemahan yang ada pada dia, ingatlah bahawa dalam diri setiap insan telah Allah ciptakan dengan kelebihan masing-masing. Dan mungkin kamu ada kekuatan yang dapat mengubah si lelaki tadi supaya hidup dia bermakna dan mungkin kamu sahaja yang mampu mencungkil kelebihan yang ada pada dia. Mungkin juga si lelaki ini ada sesuatu kelebihan yang kamu sangat-sangat perlukan yang satu dunia tak mampu bagi pada kamu.. Alangkah bertuahnya kamu kalau kamu mengerti setiap pemberian Allah dan belajar untuk bersyukur," sekali lagi berjuraian air mata saya turun. Terasa lemah lutut hendak berdiri.

Emak menarik tubuh saya dan memeluk erat. Pelukan emak sangat-sangat kuat. "Emak dah didik anak emak dari belum lahir untuk mencintai Allah. Sekarang emak serahkan anak emak yang mak sayang sangat ni pada Allah untuk Dia pelihara," emak mengakhiri kata-katanya dengan suara sebak dan air mata yang mengalir ke bahu saya.

Kisah Jutawan Dan Anaknya

Pada era 50-an dahulu, terdapat seorang jutawan yang memiliki segala kemewahan. Daripada rumah besar, kilang-kilang, ladang-ladang sehinggalah ke syarikat-syarikat korporat; semuanya dimiliki oleh jutawan tersebut. Jutawan tersebut mempunyai seorang anak lelaki yang kurang sikit akalnya dalam menilai sesuatu.

Pada suatu hari, jutawan tersebut menyuruh anak lelakinya membancuh secawan Cappuccino. Anak lelakinya dengan taat dan patuh melaksanakan suruhan ayahnya. Selepas seketika, anak lelakinya membawa secawan Cappucino panas dan memberikan kepada ayahnya. Ayahnya menghirup sedikit sekadar untuk merasa, ternyata jutawan itu terkejut apabila Cappucino yang dihirupnya itu terasa lemak berkrim. Maka bertanyalah jutawan tersebut kepada anak lelakinya, "sedap betul Cappucino ini, apa rahsianya?"

Sambil tersenyum dengan penuh keyakinan, anak lelakinya menjawab, "tadi masa saya ke belakang rumah untuk mengambil kayu api... saya dapati kayu api basah. Sebagai penyelesaian alternatif, saya ambil duit kertas ayah di dalam peti besi sebagai bahan bakar."

Bagaikan hendak tercabut jantung jutawan tersebut apabila mendengar kata-kata anak lelakinya itu. Cappucino yang terasa lemak berkrim di permulaan, kini menjadi pahit menekak dan hilang segala kenikmatannya.

Sahabat-sahabatku sekalian, tentu terlintas di fikiran kita bahawa betapa 'kurang akal'nya anak jutawan tersebut kerana sanggup membakar duit kertas demi secawan Cappucino. Tetapi pada realiti hidup kita hari ini, sebahagian besar daripada kita saling tak tumpah seperti budak itu.

Alangkah 'kurang akal'nya kita apabila di akhirat nanti kita dibakar di dalam neraka jahanam semata-mata kerana kita leka dan terpesona dengan kehidupan dunia yang bersifat sementara ini. Manusia yang terbijak adalah mereka yang banyak mengingati mati dan bersiap-sedia menghadapinya.